Teori asam basa
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kimia tetang
Asam Basa Kuat dan Lemah.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat terhadap penulis dan pembaca.
DAFTAR ISI
KATA
PENGATAR................................................................................................................. 1
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................. 2
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 3
C. TUJUAN DAN MANFAAT........................................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................................................... 4
A. TEORI ASAM BASA................................................................................................... 4
1.
TEORI
ASAM BASA ARRHENIUS.................................................................... 4
2.
TEORI
BRONSTED DAN LOWRY.................................................................... 4
3.
TEORI
ASAM BASA LEWIS............................................................................... 5
B. KEKUATAN ASAM BASA........................................................................................ 6
1.
DERAJAT
KESAMAAN (pH).............................................................................. 6
2.
ASAM
KUAT.......................................................................................................... 7
3.
ASAM
LEMAH....................................................................................................... 7
4.
BASA
KUAT........................................................................................................... 7
5.
BASA
LEMAH........................................................................................................ 8
BAB
III PENUTUP................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN............................................................................................................. 9
B. SARAN........................................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam
dan basa merupakan zat, yang mudah serta cepat dipahami dan diteliti dalam
larutan. Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih. Larutan
dapat berupa larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Didalam larutan
terkandung suatu zat (asam dan basa) yang merupakan
penghasil dan pendukung suatu larutan. Asam dan Basa merupakan dua golongan zat
kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari - hari. Berkaitan dengan sifat
asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam,
bersifat basa, dan bersifat netral.
Asam
dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga kita bisa menentukan sifat
suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada
beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan
menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya
Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan
berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu
larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan
asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7,
sedangkan netral pH nya 7. Dalam kehidupan sehari – hari, senyawa asam dan basa
dapat dengan mudah kita temukan. Mulai dari makanan, minuman dan beberapa
produk rumah tangga yang mengandung basa. Contohnya sabun, deterjen, dan
pembersih peralatan rumah tangga.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa sajakah teori- teori yang menjelaskan
tentang asam dan basa?
2. Apa definisi dari asam dan basa?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar
siswa mengetahui dan bisa mendalami ilmu mengenai asam dan basa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI ASAM-BASA
1.
Teori
Asam-Basa Arrhenius
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada
tahun 1884 oleh Svante August Arrhenius. Menurut Arrhenius, definisi dari asam
dan basa, yaitu:
asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam
air melepaskan ion H+.
basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam
air melepaskan ion OH−.
Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam
air tergolong asam Arrhenius, sebagaimana HCl dapat terurai menjadi ion H+dan
Cl− di dalam air. Berbeda halnya dengan metana (CH4) yang bukan asam Arrhenius
karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air meskipun memiliki atom H.
Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa Arrhenius, sebagaimana NaOH merupakan
senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion Na+ dan OH− ketika dilarutkan dalam
air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini terbatas pada kondisi air sebagai
pelarut.
2. Teori Bronsted dan Lowry
Pada tahun 1923,
Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan definisi
asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut didasarkan pada
fakta bahwa reaksi asam–basa melibatkan transfer proton (ion H+) dari satu zat
ke zat lainnya. Proses transfer proton ini selalu melibatkan asam sebagai
pemberi/donor proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton. Jadi, menurut
definisi asam basa Brønsted–Lowry,
Jika ditinjau dengan
teori Brønsted–Lowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam air, HCl
berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.
HCl(aq) + H2O(l) →
Cl−(aq) + H3O+(aq)
HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan
proton (H+) kepada H2O. H2O menerima proton dengan menggunakan sepasang
elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion
hidronium (H3O+).
Sedangkan pada reaksi
ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa dan H2O
sebagai asam.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan
menggunakan sepasang elektron bebas pada atom N untuk berikatan dengan H+
sehingga terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah menjadi ion OH− setelah
memberikan proton (H+) kepada NH3.
Pelarutan asam atau
basa dalam air sebagai reaksi asam–basa Brønsted–Lowry (Sumber: Silberberg,
Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of
Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education)
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1)
asam Brønsted–Lowry harus mempunyai atom hidrogen yang dapat terlepas sebagai
ion H+; dan (2) basa Brønsted–Lowry harus mempunyai pasangan elektron bebas
yang dapat berikatan dengan ion H+.
Kelebihan definisi oleh Brønsted–Lowry
dibanding definisi oleh Arrhenius adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi
asam–basa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut selain air,
ataupun campuran heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan
gas HCl (asam) membentuk asap NH4Cl.
NH3(g) + HCl(g) →
NH4Cl(s)
Beberapa zat dapat
bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada reaksi yang lain,
misalnya H2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu zat
amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila direaksikan dengan
zat yang lebih basa darinya (misalnya NH3) dan bertindak sebagai basa bila
direaksikan dengan zat yang lebih asam darinya (misalnya HCl).
3. Teori
Asam Basa Lewis
Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan
teori asam basa yang lebih luas dibanding kedua teori sebelumnya dengan
menekankan pada pasangan elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan.
Menurut definisi asam basa Lewis,
Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan
sebagai spesi penerima pasangan elektron tidak hanya H+. Senyawa yang memiliki
orbital kosong pada kulit valensi seperti BF3 juga dapat berperan sebagai asam.
Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asam–basa, di mana
BF3 sebagai asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan
elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi antara
keduanya.
Kelebihan definisi
asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa lain dalam
fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer
proton. Misalnya, reaksi-reaksi antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2)
dengan oksida basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion
kompleks seperti [Fe(CN)6]3−, [Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian
reaksi dalam kimia organik.
B. Kekuatan Asam dan Basa
Pada
dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan
penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep
pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :
1.
Derajat
keasaman (pH)
Untuk air murni pada
temperatur 25 °C :
[H+] =
[OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni
= – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7,
maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka
larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka
larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar
: pKw = pH + pOH = 14
2. Asam Kuat
3. Asam Lemah
4. Basa Kuat
5. Basa lemah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam
dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam
adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.
Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai rasa
asam dan bersifat korosif.
Basa
adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi
dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah.
Basa mempunyai rasa
pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan
dapat menetralkan asam.
Jika pH = 7,
maka larutan bersifat netral. Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam.
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa.
B. Saran
Berdasarkan
pembahasan tersebut, saran penulis yaitu agar meneliti air tersebut terlebih
dahulu sebelum mengonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA
No comments